Gambar: ANTARA/Adimas Raditya

Malnutrisi Dapat Memberikan Dampak Negatif Terhadap Kesehatan Jika Tidak Diatasi Dengan Baik

Rabu, 18 Sep 2024

Dokter spesialis gizi klinik dari Universitas Indonesia, Dr. dr. Luciana B. Sutanto, MS, SpGK(K), mengungkapkan bahwa malnutrisi dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan jika tidak ditangani dengan baik.

"Apabila malnutrisi tidak terdeteksi dan diobati, hal ini dapat memperburuk keadaan kesehatan, terutama bagi individu yang berisiko seperti lansia, penderita penyakit kronis, dan pasien yang mengalami infeksi," jelas Luciana dalam acara diskusi Pekan Sadar Malnutrisi 2024 yang berlangsung di Jakarta pada hari Selasa.

Malnutrisi mencakup berbagai kondisi yang berkaitan dengan kekurangan, kelebihan, atau ketidakseimbangan dalam asupan energi dan/atau nutrisi.

Berdasarkan informasi yang dipublikasikan di situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia, kondisi gizi kurang meliputi stunting (tinggi badan yang rendah untuk usia), wasting (berat badan yang rendah untuk tinggi badan), underweight (berat badan yang rendah untuk usia), serta defisiensi atau insufisiensi mikronutrien (kekurangan vitamin dan mineral yang penting).

Sementara itu, kondisi kelebihan gizi mencakup kelebihan berat badan, obesitas, serta penyakit tidak menular yang berkaitan dengan pola makan, seperti penyakit jantung, stroke, diabetes, dan kanker.

"Malnutrisi tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisik dan meningkatkan risiko kematian, tetapi juga memiliki dampak ekonomi yang besar, seperti peningkatan biaya perawatan di rumah sakit dan rehabilitasi," ungkap Luciana, Presiden Perhimpunan Nutrisi Indonesia.

Luciana menyatakan bahwa malnutrisi, khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, merupakan salah satu isu kesehatan yang signifikan di Indonesia.

Laporan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) mencatat bahwa prevalensi stunting secara nasional pada tahun 2023 mencapai 21,5 persen, yang hanya mengalami penurunan sebesar 0,1 persen dari 21,6 persen pada tahun 2022.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menunjukkan bahwa sekitar 21 juta penduduk, atau sekitar tujuh persen dari total populasi Indonesia, mengalami kekurangan gizi, dengan asupan kalori per kapita harian yang berada di bawah standar Kementerian Kesehatan yang ditetapkan sebesar 2.100 kkal.

Luciana menjelaskan bahwa beberapa faktor penyebab utama malnutrisi di Indonesia meliputi kemiskinan, kurangnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya pemahaman tentang gizi, serta distribusi layanan kesehatan yang tidak merata.

Untuk mengatasi masalah malnutrisi, kegiatan Pekan Sadar Malnutrisi diselenggarakan guna meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak malnutrisi terhadap kesehatan dan langkah-langkah pencegahannya.

Pekan Sadar Malnutrisi 2024 akan berlangsung dari tanggal 16 hingga 20 September dan akan mencakup berbagai kegiatan edukasi mengenai pencegahan dan penanganan malnutrisi.

Luciana menekankan pentingnya pencegahan malnutrisi sejak dini dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda malnutrisi.

Kekurangan nutrisi dapat dikenali melalui beberapa tanda, seperti berat badan yang rendah, lengan dan kaki yang kurus, kelelahan yang berkepanjangan, kecenderungan untuk pingsan, mudah tersinggung, kerontokan rambut, suhu tubuh yang rendah, perasaan kedinginan yang terus-menerus, serta detak jantung dan tekanan darah yang rendah.

Di sisi lain, individu yang mengalami kelebihan nutrisi mungkin menunjukkan gejala seperti kelebihan berat badan, hipertensi, dan resistensi insulin.

Luciana juga menekankan pentingnya kolaborasi antar sektor dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penerapan pola makan yang seimbang guna mencegah terjadinya malnutrisi.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.